Selasa, 17 Januari 2012

baterai berbahan bakar udara



Sekarang desain penyimpanan energi berbahan bakar udara baru dengan kapasitas penyimpanan energi sepuluh kali lebih lama sudah tersedia. Arah baru dibidang ini dapat membuka jalan untuk generasi baru mobil listrik, ponsel, dan laptop. Penelitian yang dibiayai oleh Dewan Riset Teknik dan Ilmu Fisika (EPSRC) ini dipimpin oleh peneliti dari Universitas St. Andrews bekerja sama dengan Strathclyde dan Newcastle. Desain baru ini berpotensi meningkatkan kinerja produk elektronik portable dan memberikan dorongan bagi industri energi yang dapat diperbarui. Baterai ini memungkinkan output listrik dari beberapa sumber seperti angin atau surya, yang akan berhenti menghasilkan energi ketika cuaca berganti atau saat malam hari tiba. Kapasitas ini hasil dari penambahan bagian yang memakai oksigen yang diserap dari udara ketika proses discharge, menggantikan satu bahan kimiawi yang dipakai pada sistem baterai saat ini. Tidak perlu membawa bahan kimia dalam baterai, energi pada baterai akan meningkat dengan ukurn yang sama. Sel Stair (St. Andrews Air) seharusnya lebih murah daripada baterai rechargeable saat ini. Komponen baru tersebut dari karton berpori, yang jauh lebih mudah daripada lithium oksida kobalt pada beterai biasa. Kuncinya adalah menggunakan oksigen di udara sebagai perantara, daripada membawa bahan kimia yang diperlukan masuk kedalam baterai. Oksigen yang ditarik dari permukaan baterai yang terekspos dengan udara, bereaksi si dalam pori karbon untuk membuang sisa baterai. Proses ini bukan hanya gratis, tetapi komponen ini juga jauh lebih murah daripada teknologi saat ini. Jadi jika kamu yang ingin hemat energi, pakailah baterai berbahan bakar udara ini!

0 komentar:

Posting Komentar

Resources